Pages

Thursday, April 11, 2019

Profesor Jepang Sebut Kebakaran Gambut Picu Kematian Dini 100 Ribu Warga

Dia menjelaskan, pengelolaan ekosistem gambut terbilang kompleks. Ada beberapa elemen yang harus dipertimbangkan, mulai dari tinggi muka air, status nutrisi tanah dan air gambut serta ketersediaan oksigen. Selama ini, pertumbuhan tanaman terhambat jika tinggi muka air dinaikkan sehingga pasokan oksigen berkurang dan berakibat kurangnya nutrisi.

"Oleh karena itu perlu terobosan baru sebagai solusi dan diharapkan sistem AeroHydro Culture bekerjasama dengan Badan Restorasi Gambut (BRG)," katanya.

Penerapan sistem ini sudah diekaperimentasikan Osaki dan BRG di Kabupaten Siak serta Palangkaraya. Program ini baru akan dijalankan pada Juni nanti dan mungkin baru setahun lagi bisa dilihat hasilnya.

"Saya optimis sistem ini mampu menjaga ekosistem gambut dan meningkatkan produktivitas tanaman di atasnya," ujar Osaki.

Dia menyatakan, menjaga lahan gambut bagi kelangsungan hidup manusia sangat penting untuk memerangi perubahan iklim. Perlindungan serta pemulihan gambut sangat penting dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon dan sirkuler.

Menurutnya, gambut yang sehat akan menyerap dan menyimpan karbon. Namun saat terdegradasi, karbon dilepaskan hingga berakhir di atmosfer sebagai karbon dioksida. Sejauh ini, gambut rusak berkontribusi sekitar 10 persen emisi gas rumah kaca dari sektor penggunaan lahan.

"Emisi CO2 dari lahan gambut yang dikeringkan diperkirakan memproduksi 1,3 gigaton CO2 setiap tahun. Ini setara dengan 5,6 persen dari emisi CO2 antropogenik global. Makanya perlu diterapkan sistem Aerohydro Culture untuk mengelola gambut," tegasnya.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com kalo berita kurang lengkap buka link disamping http://bit.ly/2UxBU4X

No comments:

Post a Comment