Liputan6.com, Yogyakarta - Setelah sukses digelar pada dua tahun lalu, Craft International Animation Festival kembali diadakan di Yogyakarta. Sebanyak 115 film animasi dari 46 negara akan diputar bergantian di Resto Buah Naga dan Lapangan Desa Ngalangan Sleman mulai 28 Oktober sampai 2 November 2019.
Berbeda dengan film animasi berbasis komputer atau CGI, festival ini akan menyuguhkan keragaman teknik animasi yang dibuat secara tradisional. Beragam teknik animasi berbasis kerajinan tangan, seperti animasi boneka, tanah liat, cut out, siluet, pasir, dan sebagainya, akan memeperkaya pemahaman tentang dunia animasi.
"Teknik animasi mainstream menimbulkan kesan teknik animasi tradisional semakin banyak ditinggalkan, lewat festival ini kami ingin kembali menghadirkan kekayaan teknik animasi untuk khalayak," ujar Hizkia Subiayantoro, Festival Executive And Creative Director Craft International Animation Festival, Kamis (24/10/2019).
Ia menuturkan festival ini juga ingin mengakomodasi pembuat film independen yang tidak punya tempat di pasar sebab masih jarang orang yang menyadari animasi yang bersifat ekspresif.
Menurut Hizkia, festival ini juga bukan hanya menunjukkan animasi sebagai gambar bergerak. Sebagai produk kerajinan tangan, film animasi yang dihadirkan akan lebih mirip dengan seni rupa yang bergerak.
Program Director Director Craft International Animation Festival, Piotr Kardas, menuturkan festival tahun ini mengambil tema Shadow atau bayangan. Tema ini mengacu kepada seni tradisi yang dekat dengan masyarakat Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Pada masyarakat Jawa, potensi bayangan bisa diberdayakan melalui alat pencerita secara turun temurun melalui wayang. Nilai-nilai cerita dalam wayang tumbuh dan menjadi pionir bagi perkembangan sinema modern, termasuk film animasi.
Penonton Bisa Ikut Jadi Juri
Piotr Kardas mengungkapkan Craft International Animation Festival merupakan festival berbasis kompetisi. Ada tiga jenis kompetisi yang diikuti oleh film-film animasi yang diputar selama acara, yakni kompetisi internasional, Asia Tenggara, dan animasi pendek untuk anak-anak.
Pembukaan pendaftaran dibuka secara online selama dua bulan sejak Januari 2019. Mereka menerima 400-an film yang diseleksi menjadi 50 film dalam dua kompetisi, yakni internasional dan Asia Tenggara.
Selama penyelenggaraan acara, pemutaran film akan dibagi menjadi dua program sejak siang sampai malam hari. Pemutaran film pada siang hari dilakukan di ruangan tertutup dan pada malam hari di ruang terbuka.
Di sela-sela kedua program pemutaran film akan diisi berbagai kegiatan seperti lokakarya, seminar, pameran, dan kesenian lainnya.
"Penonton juga bisa menjadi juri dalam program Digital World Panorama melalui voting," ucap Piotr.
Film-film animasi yang diputar dalam Digital World Panorama dibuat menggunakan komputer tetapi tetap memakai prinsip kerajinan tangan.
Simak video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment